1. Sidang Vonis Wa Ode Nurhayati Ditunda
TEMPO.CO, Jakarta - Sidang putusan terdakwa kasus dugaan suap Dana Penyesuaian Pembangunan Infrastruktur Daerah (DPPID) 2011, Wa Ode Nurhayati, ditunda. Majelis hakim beralasan putusannya belum rampung dikerjakan. "Majelis hakim mohon dimaklumi ada bagian beberapa putusan yang harus disempurnakan, jadi belum bisa dibacakan," kata ketua majelis hakim Suhartoyo di Pengadilan Tindak Idana Korupsi, Selasa 16 Oktober 2012.
Hakim Suhartoyo kemudian memutuskan untuk membacakan vonis tersebut pada Kamis, 18 Oktober 2012 jam 13.00. Ditemui seusai sidang, Nurhayati berharap majelis hakim dapat membuat keputusan secara tepat. "Kalau berpatokan pada fakta hukum persidangan, saya yakin bebas," ujar dia.
Nurhayati dituntut empat tahun penjara dan denda Rp 500 juta subsider tiga bulan penjara dalam kasus suap. Sedangkan dalam kasus pencucian uang, ia dituntut hukuman 10 tahun kurungan dan denda Rp 500 juta subsider tiga bulan penjara.
Dalam amar tuntutan, jaksa menyebutkan Nurhayati terbukti menerima suap dari tiga pengusaha melalui Haris Surahman agar Kabupaten Aceh Besar, Minahasa, Pidie Jaya, dan Bener Meriah mendapat jatah anggaran DPID. Nurhayati menerima suap lewat asisten pribadinya, Sefa Yolanda, pada kurun waktu 13 Oktober-1 November 2010.
Nurhayati juga dinilai terbukti melakukan pencucian uang karena telah mengalihkan dan membelanjakan duit yang diduga berasal dari tindak pidana. Duit di rekening Bank Mandiri Cabang DPR RI sebesar Rp 50,5 miliar dalam kurun waktu 8 Oktober-30 September 2010 dinilai tidak sesuai dengan profil Nurhayati sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
2. Kasus Pembunuhan yang Diduga Melibatkan Pembunuh Bayaran di Indonesia
Suhardi yang diduga merupakan pemilik situs penyedia jasa pembunuh bayaran telah dilepaskan dari tahanan polisi. Pria berusia 30 tahun asal Kota Kembang ini dikenai tahanan rumah dan diwajibkan melapor ke Polrestabes Bandung.
Tim dari Mabes Polri, Polda Jabar, dan Polda Metro Jaya meringkus Suhardi pada Jumat dini hari (9/3) di daerah sekitar Klender, Jakarta Timur. Pria yang bekerja sebagai karyawan perusahaan konstruksi ini mengelak tuduhan yang menyatakan ialah pemilik situs pembunuh bayaran yang menggemparkan masyarakat Indonesia awal bulan ini.
Kini, polisi tengah menginvestigasi kasus situs pembunuh bayaran ini. Barang-barang Suhardi termasuk komputer jinjing, kartu telepon seluler, dan hard disk miliknya telah disita oleh pihak kepolisian sebagai bahan investigasi untuk mencari tahu apakah benar ada pesanan untuk membunuh seseorang dengan bayaran tertentu.
Kasus pembunuhan yang diduga melibatkan pembunuh bayaran secara faktual ada di Indonesia, seperti diungkapkan oleh Erlangga Masdiana, seorang kriminolog dari Universitas Indonesia. Beliau bahkan mengungkapkan bahwa ada orang-orang yang pekerjaannya memang adalah pembunuh bayaran, bukan semata-mata menjadikannya sebagai proyek sabetan.
Media pun mencatat beberapa kasus pembunuhan yang diduga dilakukan oleh pembunuh bayaran. Nama Tan Harry Tantono atau Ayung yang merupakan mantan pemimpin PT Sanex Steel menjadi nama yang akhir-akhir ini disebut sebagai korban pembunuh bayaran dengan tersangka John Kei. Sebelumnya, ada pula beberapa kasus yang diduga melibatkan pembunuh bayaran seperti kematian aktivis Marsinah dan Munir serta kasus pembunuhan Nasruddin Zulrkarnaen yang melibatkan mantan pemimpin KPK Antasari Azhar.
3. Kecelakaan Mudik, 638 Orang Meninggal dan Kerugian Rp 7,5 Miliar
Penulis : Ester Meryana | Rabu, 22 Agustus 2012 | 16:39 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Sejak H-8 atau Sabtu (11/8/2012) hingga H+1 (21/8/2012), jumlah kecelakaan lalu lintas di seluruh Indonesia mencapai 3.600 kasus. Total kerugian materiil dari jumlah kecelakaan tersebut sekitar Rp 7,5 miliar.
Demikian data yang dirilis Korps Lalu Lintas Polri yang ada di Posko Angkutan Lebaran Terpadu 2012 Kementerian Perhubungan di Jakarta, Rabu (22/8/2012).
Data terbaru menunjukkan, jumlah kecelakaan lalu lintas pada H+1 sebanyak 309 kecelakaan. Dari jumlah tersebut sebanyak 64 orang meninggal dunia, 95 orang mengalami luka berat, dan 309 orang luka ringan.
Sepanjang H-8 hingga H+1, jumlah kecelakaan lalu lintas terbanyak terjadi pada H-3 (16 Agustus) dengan 383 kecelakaan. Dari jumlah itu, 54 orang meninggal dunia, 90 orang luka berat, dan 329 orang luka ringan. Pada hari itu, kerugian materiil mencapai Rp 58,8 juta.
Kerugian materiil tertinggi justru terjadi pada H-4 (15 Agustus) dengan nominal Rp 1,024 miliar. Pada hari itu jumlah kecelakaan mencapai 337 kasus dengan jumlah korban meninggal dunia 66 orang, 116 orang luka berat, dan 305 orang luka ringan.
Dengan perkembangan data terbaru tersebut, jumlah kecelakaan lalu lintas dari H-8 hingga H+1 sebesar 3.600 kasus. Bila dirinci dari angka tersebut, maka 638 orang meninggal dunia, 994 orang luka berat, dan 3.444 orang menderita luka ringan.
Selasa, 16 Oktober 2012
3 Artikel Yang Ramai Dibicarakan Dimasyarakat
1. Trend Lebay dalam Media
Stereotypebyinternet.wordpress.com
Siapa sih diantara anak muda jaman sekarang yang tidak kenal dengan aktifitas dunia maya atau online? Perkembangan teknologi yang semakin pesat mengakibatkan perubahan sikap dan perilaku yang dialami generasi pada saat itu. Contoh mudahnya adalah saat ini, hampir setiap golongan anak muda pasti telah mengenal dunia maya dan menjadi salah satu bagian di dalamnya. Mulai dari game online, social media, biro jodoh online, dan masih banyak lagi media – media komunikasi yang berkaitan dengan internet.
Dari sinilah perkembangan pola perilaku masyarakat jaman sekarang cenderung mudah ditebak dan homogen, dikarenakan apabila terdapat suatu trend terbaru yang sedang ramai, maka dengan sangat mudah trend tersebut menjadi trend masyarakat diseluruh dunia yang mengakibatkan homogenitas trend, ambil contoh mudahnya adalah trend “Gangnam Style” yang sedang ramai dibicarakan masyarakat di hampir seantero belahan dunia, tidak terkecuali di Indonesia.
Awalnya video milik PSY, seorang artis korea yang sudah berkarir selama 12 tahun ini di pasarkan melalui media online Youtube, dari sini para fans men-share-nya melalui media Twitter, dari twitter video ini tersebar dengan sangat cepat dan menjadi salah satu trending topic di media Twitter tersebut, pembicaraan “Gangnam Style” tidak berhenti disitu, setelah tersebar secara luas di twitter, video ini pun merambah social media lainnya yaitu Facebook. Melalui berbagai social media ini, video Gangnam Style dalam kurun waktu kurang lebih satu bulan telah disaksikan oleh lebih dari 100 juta penonton. Hal ini sungguh menakjubkan bahkan total penontonnya melebihi total penonton artis-artis dunia seperti Britney Spears, Avril Lavigne, bahkan Justin Bieber.
Tentunya disini tidak akan dibahas lagi apa itu Gangnam Style atau siapa itu PSY. Yang menariknya adalah trend tariannya, yang sudah merambah ke seluruh penikmat seni di dunia. Tidak hanya pada golongan yang mengerti tentang artis korea namun bahkan pada kalangan masyarakat awam yang sama sekali tidak mengerti tentang budaya korea pun jika ditanya tentang Gangnam Style tentunya mereka akan sedikit paham. Kenapa bisa begitu? Mari kita lihat, seberapa hebohnya masyarakat Indonesia tentang Gangnam Style. Hampir setiap hari dalam kurun waktu kurang lebih seminggu ini seluruh media di televisi, radio, harian online, forum-forum online membahas tentang hal tersebut.
Tidak hanya Gangnam Style yang sedang menjadi trend besar-besar an di Indonesia, tapi masih ada lagi yang menjadi pemberitaan secara besar-besaran di seluruh media terutama televisi, yaitu Pemilukada DKI Jakarta. Betapa tidak, pemberitaan yang ada bahkan lebih ramai dibandingkan pemilihan presiden yang lalu. Mungkin banyak faktor yang mempengaruhi kenapa media begitu antusias membahas ini. Jika berandai-andai semisal Jokowi mencalonkan diri menjadi Gubernur Kalimantan atau daerah lain selain DKI Jakarta, mungkin tidak ada pemberitaan yang sensasional seperti saat ini.
Apa sih sebenarnya yang membuat Pemilukada DKI Jakarta saat ini begitu sensasional, bahkan melebihi berita para artis. Para cagub dan cawagub DKI Jakarta saat ini bagaikan artis yang setiap langkahnya, gerak-geriknya, dan rutinitasnya menjadi bahan berita yang layak untuk diperbincangkan? Bila kita telisik dari berbagai berita dan opini masyarakat saat ini, banyak yang mengatakan bahwa masyarakat jakarta saat ini merindukan sesosok pemimpin yang mampu membuat mereka merasakan udara segar Jakarta dan mengatasi kepenatan kota Jakarta.
Trend yang berkembang saat ini adalah bagaimana media mampu mengemas suatu berita menjadi menarik dan sensasional karena hal itu meningkatkan nilai jual. Lagi-lagi media pun harus tunduk pada uang, namun memang benar bahwa tanpa hal itu media tidak akan berjalan.
Apapun itu media selayaknya menjadi suatu patokan masyarakat untuk menilai dan bukan memojokkan pihak-pihak tertentu. Trend media dalam melebihkan suatu hal pun akan lebih baik bila dapat dikurangi karena dapat menyesatkan masyarakat dan terlebih lagi dapat mengarahkan masyarakat pada kebenaran yang tidak jelas.
2. HUBUNGAN SIDIK JARI DENGAN OTAK
Ditulis Oleh :arieska, Pada Tanggal : 02 - 06 - 2011 | 01:40:07
Masalah pola analisa sidik jari lewat finger print (FP) sekarang ini sedang ramai dibicarakan masyarakat, seperti halnya merebaknya pendidikan “otak tengah”. Tidak main-main, bahkan Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), Sarlito Wirawan Sarwono pun ikut angkat bicara, yang sudah dipublikasikan lewat Harian Seputar Indonesia, baru-baru ini. Menanggapi hal itu, di bawah ini beberapa pendapat tentang analisa sidik jari:
Pola sidik jari terbentuk sejak janin dalam kandungan usia 13 minggu – 19 minggu. Pola sidik jari juga bersifat herediter (diturunkan) dari orang tuanya. Pola sidik jari dipengaruhi oleh DNA seseorang. Pada th 1986, telah dilakukan penelitian oleh Dr. Rita Levi Montalcini dan Dr Stanley Cohen, tentang adanya korelasi antara Nerve Growth Factor (NGF) dan Epidermal Growth Factor (EGF). Pada penelitian ini ditemukan korelasi antara pola garis epidermal kulit, dengan sistem pertumbuhan saraf yang menunjukkan terdapatnya hubungan pola sidik jari dan otak.
Menurut para ahli, sistem saraf pusat itu terhubungkan dengan bagian-bagian dari otak. Dan otak merupakan pusat semua aktifitas fisik dan mental seseorang. Setiap bagian bagian otak, pada area pre frontal, frontal, occipital, parietal dan temporal mempunyai fungsi-fungsi yang berbeda dan kekuatan (dominansi) yg berbeda pula. Sehingga logis bila pola-pola sidik jari sesorang itu, bisa memanifestasikan kerja dari bagian-bagian otak tersebut.
Namun memang apa yg terekam pada sidik jari sekarang, tidak 100% merupakan manifestasi sesorang saat itu. Karena faktor pembentukan dan pendidikan oleh lingkungan juga ikut berperan.
Dr Syailendra WS. SpKJ, Jakarta
----------------------------------------
PENELITIAN ILMIAH METODE SIDIK JARI
Analisa sidik jari saat ini menjadi topik hangat yang diperdebatkan mengenai keabsahan ilmiahnya. Namun, perlu dipahami bahwa pemanfaatan sidik jari juga sudah dipergunakan dari dahulu. Hal ini dilakukan oleh Zhai Guijun, dalam makalahnya Report on Study of Multivariate Intelligence Measurement through Dermatoglyphic Identification, Beijing Oriental KeAo Human Intelligence Potential Research Institute Zhengzhou DongFangZhou Intelligence Measurement & Consultation Research Center Wuhan University Oriental Intelligence Research & Test Center, yang dipublikasi pada 15 april 2006.
Berikut kutipan pernyataan yang dibuat oleh Zhai Guijun dalam makalahnya :
I started to study the correlation of dermatoglyph (fingerprints) and human intelligence in
1988. Through 19-year continuous efforts, I have established a preliminary systematic method for intelligence measurement through Dermatoglyphic identification. I have successively made study, measurement and sampling of over 40 thousand people in 25 regions of China, and gradually improved the practice and theory of Multivariate Intelligence Measurement through Dermatoglyphic Identification, as well as made it highly reliable and effective.
The method of Multivariate Intelligence Measurement through Dermatoglyphic Identification passed the Science and Technology Achievement Appraisal (YKYCZ9212) by Henan Academy of Sciences on October 4, 1992, and also passed the demonstration jointly presided by the Genetics Society of China, the Working Committee for Popular Science Activities under China Psychological Society, and the Working Committee for Health Care of Women and Children under China International Exchange and Promotive Association for Medical and Health Care (CPAM) on April 15, 2006.
Zhai Guijun mengemukakan bahwa dengan memanfaatkan sidik jari dalam penelitian ini hasil yang ia peroleh relatif konsisten dengan angka reliabilitas 0.798, 0.725, 0.840, dan 0.381 dengan melakukan pengukuran pada anak-anak sekolah dasar. Validitasnya adalah 0.995.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini :
The study on multivariate intelligence measurement through dermatoglyphic identification (finger print) makes physiological and physical measurement of human intelligence possible.It is most likely an easily workable and accurate intelligence measurement before people can make precise determination of human intelligence from gene level.
It is possible to become the latest generation of intelligence measurement methods in succession to “Assessment Scale”. Multivariate intelligence measurement through dermatoglyphic identification is capable to accurately identify the intelligence difference and personality difference of individuals. Therefore it may be used by schools or institutions in making appropriate selection of different talents. Dermatoglyph is the external existence of human genes and brains, and may also be considered as a representation of DNA sequence.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan Zhai Guijun, finger print analysis dapat dijadikan sebagai salah satu metode untuk mengukur potensi yang dimiliki oleh individu.
Efnie Indrianie,M.Psi,Psikolog, Bandung
------------------------------------------
FP MEMANDU BAKAT ANAK SAYA
Saya seorang ibu rumah tangga biasa yg ingin mendidik anak-anak saya menjadi anak-anak yang sukses dimasa depan. Berbagai kursus yang bisa menunjang prestasi anak saya, saya coba ikutkan. Sampai suatu ketika, saya minta anak saya untuk ikut les vocal, dan piano. Soalnya, saya sendiri suka menyanyi dan berharap anak saya bisa menjadi seorang artis terkenal (hehehe cita-cita masa laluku yang tidak tercapai.
Si anak, Elisha namanya, kebetulan memang suka nyanyi di mobil. Banyak lagu yang cepat dia hafal sehingga saya pikir, ini bakat turunan dari saya nih. Akhirnya, Elisha ikut saja apa yang saya minta. Namun giliran dia harus tampil untuk konser, dia selalu terlihat sedih, seolah tidak ingin berangkat les, sampai harus saya bujuk dan marahin baru dia mau berangkat.
Ternyata dugaan saya benar, bahwa dihari H dimana dia harus tampil, dia benar-benar mogok, tidak mau naik panggung. Pada waktu itu saya benar-benar marah. Sudah saya duga, konser Elisha pun "gatot", alias gagal total.
Suatu saat, saya bertemu dengan ipar saya dan mengajak saya untuk ikut “analisa sidik jari” buat putra-putri saya. Dia bilang, lewat finger print (FP) kita bisa tahu potensi dan bakat yang dimiliki seseorg dari lahir. Saya mau mencoba untuk meyakinkan diri saya, apakah selama ini, saya salah dalam mengarahkan bakat anak saya?
Dan saya pun cukup terkejut, karena dari report dan penjelasan konsultan FP, ternyata Elisha tidak terlalu berbakat dalam musik. Dia justru lebih berbakat dalam seni lukis. Disamping itu, Elisha termasuk anak yang rasa percaya dirinya rendah. Itu sebabnya dia tidak mau tampil di panggung, terutama jika dia tidak yakin menguasai lagunya.
Sejak saat itu saya berhentikan dia dari kursus menyanyi, dan sebagai gantinya saya ikutkan dia kursus menggambar.Hasilnya, dia benar-benar menikmati, dalam membuat perpaduan warna-warna. Elisha menggambar, sesuai hasil analisa FP, hasilya sangat bagus. Ternyata bakat yang saya miliki, tidak semuanya menurun pada anak saya. Ternyata bakat melukis yang dimiliki Elisha lebih banyak menurun dari kakak saya.
Saya pikir, dengan FP kita bisa lebih mudah mendeteksi bakat anak-anak, secara lebih dini, sehingga mengurangi resiko coba-coba, dan bisa dihindari biaya yang terbuang percuma. Karena tanpa tools tersebut, seringkali kita hanya bisa meraba, dan mencoba, yang terkadang justru melelahkan bagi si anak, maupun ortu. Itulah pengalaman saya dengan FP.
Dewi Nurshintawati, Jl. Majapahit 166, Semarang (arieska)
----------------------------------------------
3. Manakah Bahasa Indonesia Kita?
OPINI | 24 September 2012 | 15:52
Bahasa adalah suatu media untuk mentransfer ide, gagasan dan apa saja yang dipikirkan oleh manusia. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa, manusia dapat berkomunikasi satu sama lain yang pada akhirnya akan menimbulkan interaksi dan respon balik dari orang lain. Bahasa adalah media tanpa batas yang membuat segala sesuatu termuat dalam pemahaman manusia sehingga bahasa memungkinkan untuk memahami bentuk – bentuk pemahaman manusia.
Bahasa mampu menunjukkan jati diri bangsa. Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi Republik Indonesia dan merupakan bahasa persatuan. Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa membuat Indonesia kaya akan ragam bahasa daerah sehingga Bahasa Indonesia lah yang membuat berbagai macam suku di Indonesia mampu berkomunikasi dan berinteraksi. Bahasa Indonesia secara resmi mulai digunakan sejak proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Penggunaan Bahasa Indonesia di masyarakat Indonesia sudah lebih meluas pada jaman ini. Pada jaman dahulu, kebanyakan anak – anak diperkenalkan dengan bahasa daerah sebagai bahasa yang pertama kali diajarkan oleh orang tua, sehingga kehidupan anak – anak sangat lekat dengan bahasa daerah. Bahasa Indonesia baru diperkenalkan kepada anak ketika anak mulai memasuki bangku sekolah. Namun, tidak demikian halnya dengan masa sekarang ini. Anak – anak sudah diperkenalkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama mereka. Tentu ada nilai positif dan negatif dari pergeseran – pergeseran tersebut.
Masyarakat Indonesia pun mengenal banyak versi Bahasa Indonesia. Pembedaan versi – versi ini sudah semakin berkembang dengan adanya pengaruh – pengaruh dari budaya asing serta berkembangnya kreatifitas masyarakat dalam berbahasa. Berubahnya gaya hidup masyarakat Indonesia juga mempengaruhi munculnya berbagai versi Bahasa Indonesia.
Masyarakat Indonesia dulu hanya mengenal dua versi Bahasa Indonesia yaitu Bahasa Indonesia baku dan tidak baku. Penggunaan kedua versi Bahasa Indonesia ini hanya terbatas dalam waktu dan kesempatannya saja. Bahasa Indonesia baku pada umumnya digunakan sebagai bahasa resmi suatu tulisan serta digunakan dalam komunikasi – komunikasi resmi seperti dalam rapat dan lain sebagainya. Sedangkan Bahasa Indonesia tidak baku digunakan pada kehidupan sehari – hari dalam situasi yang santai dan digunakan ketika berkomunikasi dengan orang – orang terdekat.
Namun walau demikian, penggunaan Bahasa Indonesia tetap diarahkan untuk menggunakan Bahasa Indonesia baku dengan alasan Bahasa Indonesia baku merupakan bahasa yang sesuai dengan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) serta dari segi psikologs, bahasa baku memang dinilai lebih sopan. Bahasa Indonesia baku lebih direkomendaasikan terbukti dengan adanya muatan pembelajaran membakukan Bahasa Indonesia yang tidak baku. Kegiatan ini selalu ditemui dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di semua tingkat pendidikan.
Masyarakat Indonesia dengan ketidaksengajaannya terbagi menjadi beberapa golongan kaum pengguna bahasa Indonesia dengan versinya masing – masing. Penggunaan berbagai versi Bahasa Indonesia ini sedikit banyak mempengaruhi penampilan maupun cara berfikir orang yang menggunakannya. Walaupun hingga saat ini belum ada penelitian yang menghasilkan “hukum” yang pasti tentang hal ini, namun secara psikologis orang akan menampilkan diri sesuai dengan ragam bahasa yang ia gunakan.
Bagi kaum eksekutif dan dalam dunia pendidikan (intelek), bahasa baku masih menjadi primadona dalam berbahasa. Tentu saja hal ini disebabkan karena berbahasa Indonesia baku bagi mereka adalah sebuah keharusan ketika mereka berkomunikasi dengan orang lain secara resmi dan teratur. Penggunaan Bahasa Indonesia yang baku bagi kaum eksekutif dan intelek ini sangat mempengaruhi life style kaum tersebut. Bahasa baku yang mereka pergunakan dalam kehidupan profesional menyebabkan mereka menampilkan diri sebagai pribadi yang rapi, sopan dan formal. Dan bahkan kaum ini kadang – kadang menggunakan bahasa asing disela Bahasa Indonesia yang mereka gunakan. Hal ini terjadi kemungkinan karena frekuensi mereka berinteraksi dengan orang asing yang lebih banyak sehingga menyebabkan mereka mencampurkan bahasa asing dengan Bahasa Indonesia.
Berbeda dengan kaum eksekutif dan intelektual yang menggunakan Bahasa Indonesia resmi dan baku, sebagian masyarakat Indonesia yang menyebut dirinya “anak gaul” dapat dianggap sangat jauh dari penggunaan Bahasa Indonesia yang baku dan resmi. Anak anak gaul ini jauh lebih menyenangi menggunakan Bahasa Indonesia yang santai dan tidak selalu menurut pada EYD. Anak anak gaul ini juga memiliki beberapa istilah menurut mereka sendiri yang jarang diketahui oleh masyarakat selain “anak gaul”.
Anak gaul ini tidak mau terikat dengan berbagai ejaan yang menurut mereka kaku dan dangat mengikat. Anak anak gaul ini hanya ingin berekspresi dengan bebas dan lepas sehingga mereka memilih menggunakan Bahasa indonesia yang santai dan mudah digunakan sehingga memudahkan mereka menjadi “anak gaul”.
Belum lagi ditambah dengan adanya golongan yang menyebut diri mereka sebagai “golongan alay” yang merupakan singkatan dari “anak lebay”. Lebay sendiri diartikan sebagai “berlebihan” sehingga golongan alay ini sering disebut sebagai ‘golongan yang “berlebihan”. Disebut berlebihan karena berlebihan dalam berperilaku, berpenampilan, maupun dalam perkataan. Golongan alay ini biasanya menggunakan berbagai aksen – aksen yang berlebihan sehingga tampak terlihat berlebih – lebihan.
Golongan alay ini sangat ramai dibicarakan oleh masyarakat ramai saat ini. Golongan alay jugadikenal dengan ciri – cirinya yang menggunakan gabungan huruf dan angka saat mengungkapkan kata – kata dalam bentuk tulisan. Penggunaan tulisan yang mencampurkan huruf dan angka ini sangat sulit dipahami dan dimengerti oleh orang – orang pada umumnya. Namun, fenomena alay ini menjadi hal yang “ngetrend” saat ini. Jika ditilik dan dikaji dari sudut pandang ketatabahasaan, tentu saja kehadiran golongan alay ini mengancam eksistensi Bahasa Indonesia yang sesuai dengan EYD.
Bahasa Indonesia begitu banyak mengalami guncangan dan tempaan hingga banyak mengalami perubahan bentuk yang sedemikian rupa. Terkadang secara tidak sadar, masyarakat pun latah dan turut serta dalam menggunakan bahasa gaul, bahasa alay atau pun bahasa apapun yang mendegradasi Bahasa Indonesia. Pantas saja Indonesia masih perlu banyak berbenah diri. Bahasa Indonesia yang menjadi ciri kepribadian bangsa saja banyak terombang-ambing oleh perkembangan jaman. Namun, tidak hanya sekedar mengkritik saja, karena menyalakan lilin akan jauh lebih baik daripada mengutuk kegelapan. Indonesia butuh orang – orang yang idealis dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang sesuai EYD namun tetap dikemas secara fleksibel sehingga tidak kaku sehingga Indonesia tidak kehilangan jati dirinya.
Stereotypebyinternet.wordpress.com
Siapa sih diantara anak muda jaman sekarang yang tidak kenal dengan aktifitas dunia maya atau online? Perkembangan teknologi yang semakin pesat mengakibatkan perubahan sikap dan perilaku yang dialami generasi pada saat itu. Contoh mudahnya adalah saat ini, hampir setiap golongan anak muda pasti telah mengenal dunia maya dan menjadi salah satu bagian di dalamnya. Mulai dari game online, social media, biro jodoh online, dan masih banyak lagi media – media komunikasi yang berkaitan dengan internet.
Dari sinilah perkembangan pola perilaku masyarakat jaman sekarang cenderung mudah ditebak dan homogen, dikarenakan apabila terdapat suatu trend terbaru yang sedang ramai, maka dengan sangat mudah trend tersebut menjadi trend masyarakat diseluruh dunia yang mengakibatkan homogenitas trend, ambil contoh mudahnya adalah trend “Gangnam Style” yang sedang ramai dibicarakan masyarakat di hampir seantero belahan dunia, tidak terkecuali di Indonesia.
Awalnya video milik PSY, seorang artis korea yang sudah berkarir selama 12 tahun ini di pasarkan melalui media online Youtube, dari sini para fans men-share-nya melalui media Twitter, dari twitter video ini tersebar dengan sangat cepat dan menjadi salah satu trending topic di media Twitter tersebut, pembicaraan “Gangnam Style” tidak berhenti disitu, setelah tersebar secara luas di twitter, video ini pun merambah social media lainnya yaitu Facebook. Melalui berbagai social media ini, video Gangnam Style dalam kurun waktu kurang lebih satu bulan telah disaksikan oleh lebih dari 100 juta penonton. Hal ini sungguh menakjubkan bahkan total penontonnya melebihi total penonton artis-artis dunia seperti Britney Spears, Avril Lavigne, bahkan Justin Bieber.
Tentunya disini tidak akan dibahas lagi apa itu Gangnam Style atau siapa itu PSY. Yang menariknya adalah trend tariannya, yang sudah merambah ke seluruh penikmat seni di dunia. Tidak hanya pada golongan yang mengerti tentang artis korea namun bahkan pada kalangan masyarakat awam yang sama sekali tidak mengerti tentang budaya korea pun jika ditanya tentang Gangnam Style tentunya mereka akan sedikit paham. Kenapa bisa begitu? Mari kita lihat, seberapa hebohnya masyarakat Indonesia tentang Gangnam Style. Hampir setiap hari dalam kurun waktu kurang lebih seminggu ini seluruh media di televisi, radio, harian online, forum-forum online membahas tentang hal tersebut.
Tidak hanya Gangnam Style yang sedang menjadi trend besar-besar an di Indonesia, tapi masih ada lagi yang menjadi pemberitaan secara besar-besaran di seluruh media terutama televisi, yaitu Pemilukada DKI Jakarta. Betapa tidak, pemberitaan yang ada bahkan lebih ramai dibandingkan pemilihan presiden yang lalu. Mungkin banyak faktor yang mempengaruhi kenapa media begitu antusias membahas ini. Jika berandai-andai semisal Jokowi mencalonkan diri menjadi Gubernur Kalimantan atau daerah lain selain DKI Jakarta, mungkin tidak ada pemberitaan yang sensasional seperti saat ini.
Apa sih sebenarnya yang membuat Pemilukada DKI Jakarta saat ini begitu sensasional, bahkan melebihi berita para artis. Para cagub dan cawagub DKI Jakarta saat ini bagaikan artis yang setiap langkahnya, gerak-geriknya, dan rutinitasnya menjadi bahan berita yang layak untuk diperbincangkan? Bila kita telisik dari berbagai berita dan opini masyarakat saat ini, banyak yang mengatakan bahwa masyarakat jakarta saat ini merindukan sesosok pemimpin yang mampu membuat mereka merasakan udara segar Jakarta dan mengatasi kepenatan kota Jakarta.
Trend yang berkembang saat ini adalah bagaimana media mampu mengemas suatu berita menjadi menarik dan sensasional karena hal itu meningkatkan nilai jual. Lagi-lagi media pun harus tunduk pada uang, namun memang benar bahwa tanpa hal itu media tidak akan berjalan.
Apapun itu media selayaknya menjadi suatu patokan masyarakat untuk menilai dan bukan memojokkan pihak-pihak tertentu. Trend media dalam melebihkan suatu hal pun akan lebih baik bila dapat dikurangi karena dapat menyesatkan masyarakat dan terlebih lagi dapat mengarahkan masyarakat pada kebenaran yang tidak jelas.
2. HUBUNGAN SIDIK JARI DENGAN OTAK
Ditulis Oleh :arieska, Pada Tanggal : 02 - 06 - 2011 | 01:40:07
Masalah pola analisa sidik jari lewat finger print (FP) sekarang ini sedang ramai dibicarakan masyarakat, seperti halnya merebaknya pendidikan “otak tengah”. Tidak main-main, bahkan Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), Sarlito Wirawan Sarwono pun ikut angkat bicara, yang sudah dipublikasikan lewat Harian Seputar Indonesia, baru-baru ini. Menanggapi hal itu, di bawah ini beberapa pendapat tentang analisa sidik jari:
Pola sidik jari terbentuk sejak janin dalam kandungan usia 13 minggu – 19 minggu. Pola sidik jari juga bersifat herediter (diturunkan) dari orang tuanya. Pola sidik jari dipengaruhi oleh DNA seseorang. Pada th 1986, telah dilakukan penelitian oleh Dr. Rita Levi Montalcini dan Dr Stanley Cohen, tentang adanya korelasi antara Nerve Growth Factor (NGF) dan Epidermal Growth Factor (EGF). Pada penelitian ini ditemukan korelasi antara pola garis epidermal kulit, dengan sistem pertumbuhan saraf yang menunjukkan terdapatnya hubungan pola sidik jari dan otak.
Menurut para ahli, sistem saraf pusat itu terhubungkan dengan bagian-bagian dari otak. Dan otak merupakan pusat semua aktifitas fisik dan mental seseorang. Setiap bagian bagian otak, pada area pre frontal, frontal, occipital, parietal dan temporal mempunyai fungsi-fungsi yang berbeda dan kekuatan (dominansi) yg berbeda pula. Sehingga logis bila pola-pola sidik jari sesorang itu, bisa memanifestasikan kerja dari bagian-bagian otak tersebut.
Namun memang apa yg terekam pada sidik jari sekarang, tidak 100% merupakan manifestasi sesorang saat itu. Karena faktor pembentukan dan pendidikan oleh lingkungan juga ikut berperan.
Dr Syailendra WS. SpKJ, Jakarta
----------------------------------------
PENELITIAN ILMIAH METODE SIDIK JARI
Analisa sidik jari saat ini menjadi topik hangat yang diperdebatkan mengenai keabsahan ilmiahnya. Namun, perlu dipahami bahwa pemanfaatan sidik jari juga sudah dipergunakan dari dahulu. Hal ini dilakukan oleh Zhai Guijun, dalam makalahnya Report on Study of Multivariate Intelligence Measurement through Dermatoglyphic Identification, Beijing Oriental KeAo Human Intelligence Potential Research Institute Zhengzhou DongFangZhou Intelligence Measurement & Consultation Research Center Wuhan University Oriental Intelligence Research & Test Center, yang dipublikasi pada 15 april 2006.
Berikut kutipan pernyataan yang dibuat oleh Zhai Guijun dalam makalahnya :
I started to study the correlation of dermatoglyph (fingerprints) and human intelligence in
1988. Through 19-year continuous efforts, I have established a preliminary systematic method for intelligence measurement through Dermatoglyphic identification. I have successively made study, measurement and sampling of over 40 thousand people in 25 regions of China, and gradually improved the practice and theory of Multivariate Intelligence Measurement through Dermatoglyphic Identification, as well as made it highly reliable and effective.
The method of Multivariate Intelligence Measurement through Dermatoglyphic Identification passed the Science and Technology Achievement Appraisal (YKYCZ9212) by Henan Academy of Sciences on October 4, 1992, and also passed the demonstration jointly presided by the Genetics Society of China, the Working Committee for Popular Science Activities under China Psychological Society, and the Working Committee for Health Care of Women and Children under China International Exchange and Promotive Association for Medical and Health Care (CPAM) on April 15, 2006.
Zhai Guijun mengemukakan bahwa dengan memanfaatkan sidik jari dalam penelitian ini hasil yang ia peroleh relatif konsisten dengan angka reliabilitas 0.798, 0.725, 0.840, dan 0.381 dengan melakukan pengukuran pada anak-anak sekolah dasar. Validitasnya adalah 0.995.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini :
The study on multivariate intelligence measurement through dermatoglyphic identification (finger print) makes physiological and physical measurement of human intelligence possible.It is most likely an easily workable and accurate intelligence measurement before people can make precise determination of human intelligence from gene level.
It is possible to become the latest generation of intelligence measurement methods in succession to “Assessment Scale”. Multivariate intelligence measurement through dermatoglyphic identification is capable to accurately identify the intelligence difference and personality difference of individuals. Therefore it may be used by schools or institutions in making appropriate selection of different talents. Dermatoglyph is the external existence of human genes and brains, and may also be considered as a representation of DNA sequence.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan Zhai Guijun, finger print analysis dapat dijadikan sebagai salah satu metode untuk mengukur potensi yang dimiliki oleh individu.
Efnie Indrianie,M.Psi,Psikolog, Bandung
------------------------------------------
FP MEMANDU BAKAT ANAK SAYA
Saya seorang ibu rumah tangga biasa yg ingin mendidik anak-anak saya menjadi anak-anak yang sukses dimasa depan. Berbagai kursus yang bisa menunjang prestasi anak saya, saya coba ikutkan. Sampai suatu ketika, saya minta anak saya untuk ikut les vocal, dan piano. Soalnya, saya sendiri suka menyanyi dan berharap anak saya bisa menjadi seorang artis terkenal (hehehe cita-cita masa laluku yang tidak tercapai.
Si anak, Elisha namanya, kebetulan memang suka nyanyi di mobil. Banyak lagu yang cepat dia hafal sehingga saya pikir, ini bakat turunan dari saya nih. Akhirnya, Elisha ikut saja apa yang saya minta. Namun giliran dia harus tampil untuk konser, dia selalu terlihat sedih, seolah tidak ingin berangkat les, sampai harus saya bujuk dan marahin baru dia mau berangkat.
Ternyata dugaan saya benar, bahwa dihari H dimana dia harus tampil, dia benar-benar mogok, tidak mau naik panggung. Pada waktu itu saya benar-benar marah. Sudah saya duga, konser Elisha pun "gatot", alias gagal total.
Suatu saat, saya bertemu dengan ipar saya dan mengajak saya untuk ikut “analisa sidik jari” buat putra-putri saya. Dia bilang, lewat finger print (FP) kita bisa tahu potensi dan bakat yang dimiliki seseorg dari lahir. Saya mau mencoba untuk meyakinkan diri saya, apakah selama ini, saya salah dalam mengarahkan bakat anak saya?
Dan saya pun cukup terkejut, karena dari report dan penjelasan konsultan FP, ternyata Elisha tidak terlalu berbakat dalam musik. Dia justru lebih berbakat dalam seni lukis. Disamping itu, Elisha termasuk anak yang rasa percaya dirinya rendah. Itu sebabnya dia tidak mau tampil di panggung, terutama jika dia tidak yakin menguasai lagunya.
Sejak saat itu saya berhentikan dia dari kursus menyanyi, dan sebagai gantinya saya ikutkan dia kursus menggambar.Hasilnya, dia benar-benar menikmati, dalam membuat perpaduan warna-warna. Elisha menggambar, sesuai hasil analisa FP, hasilya sangat bagus. Ternyata bakat yang saya miliki, tidak semuanya menurun pada anak saya. Ternyata bakat melukis yang dimiliki Elisha lebih banyak menurun dari kakak saya.
Saya pikir, dengan FP kita bisa lebih mudah mendeteksi bakat anak-anak, secara lebih dini, sehingga mengurangi resiko coba-coba, dan bisa dihindari biaya yang terbuang percuma. Karena tanpa tools tersebut, seringkali kita hanya bisa meraba, dan mencoba, yang terkadang justru melelahkan bagi si anak, maupun ortu. Itulah pengalaman saya dengan FP.
Dewi Nurshintawati, Jl. Majapahit 166, Semarang (arieska)
----------------------------------------------
3. Manakah Bahasa Indonesia Kita?
OPINI | 24 September 2012 | 15:52
Bahasa adalah suatu media untuk mentransfer ide, gagasan dan apa saja yang dipikirkan oleh manusia. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa, manusia dapat berkomunikasi satu sama lain yang pada akhirnya akan menimbulkan interaksi dan respon balik dari orang lain. Bahasa adalah media tanpa batas yang membuat segala sesuatu termuat dalam pemahaman manusia sehingga bahasa memungkinkan untuk memahami bentuk – bentuk pemahaman manusia.
Bahasa mampu menunjukkan jati diri bangsa. Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi Republik Indonesia dan merupakan bahasa persatuan. Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa membuat Indonesia kaya akan ragam bahasa daerah sehingga Bahasa Indonesia lah yang membuat berbagai macam suku di Indonesia mampu berkomunikasi dan berinteraksi. Bahasa Indonesia secara resmi mulai digunakan sejak proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Penggunaan Bahasa Indonesia di masyarakat Indonesia sudah lebih meluas pada jaman ini. Pada jaman dahulu, kebanyakan anak – anak diperkenalkan dengan bahasa daerah sebagai bahasa yang pertama kali diajarkan oleh orang tua, sehingga kehidupan anak – anak sangat lekat dengan bahasa daerah. Bahasa Indonesia baru diperkenalkan kepada anak ketika anak mulai memasuki bangku sekolah. Namun, tidak demikian halnya dengan masa sekarang ini. Anak – anak sudah diperkenalkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama mereka. Tentu ada nilai positif dan negatif dari pergeseran – pergeseran tersebut.
Masyarakat Indonesia pun mengenal banyak versi Bahasa Indonesia. Pembedaan versi – versi ini sudah semakin berkembang dengan adanya pengaruh – pengaruh dari budaya asing serta berkembangnya kreatifitas masyarakat dalam berbahasa. Berubahnya gaya hidup masyarakat Indonesia juga mempengaruhi munculnya berbagai versi Bahasa Indonesia.
Masyarakat Indonesia dulu hanya mengenal dua versi Bahasa Indonesia yaitu Bahasa Indonesia baku dan tidak baku. Penggunaan kedua versi Bahasa Indonesia ini hanya terbatas dalam waktu dan kesempatannya saja. Bahasa Indonesia baku pada umumnya digunakan sebagai bahasa resmi suatu tulisan serta digunakan dalam komunikasi – komunikasi resmi seperti dalam rapat dan lain sebagainya. Sedangkan Bahasa Indonesia tidak baku digunakan pada kehidupan sehari – hari dalam situasi yang santai dan digunakan ketika berkomunikasi dengan orang – orang terdekat.
Namun walau demikian, penggunaan Bahasa Indonesia tetap diarahkan untuk menggunakan Bahasa Indonesia baku dengan alasan Bahasa Indonesia baku merupakan bahasa yang sesuai dengan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) serta dari segi psikologs, bahasa baku memang dinilai lebih sopan. Bahasa Indonesia baku lebih direkomendaasikan terbukti dengan adanya muatan pembelajaran membakukan Bahasa Indonesia yang tidak baku. Kegiatan ini selalu ditemui dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di semua tingkat pendidikan.
Masyarakat Indonesia dengan ketidaksengajaannya terbagi menjadi beberapa golongan kaum pengguna bahasa Indonesia dengan versinya masing – masing. Penggunaan berbagai versi Bahasa Indonesia ini sedikit banyak mempengaruhi penampilan maupun cara berfikir orang yang menggunakannya. Walaupun hingga saat ini belum ada penelitian yang menghasilkan “hukum” yang pasti tentang hal ini, namun secara psikologis orang akan menampilkan diri sesuai dengan ragam bahasa yang ia gunakan.
Bagi kaum eksekutif dan dalam dunia pendidikan (intelek), bahasa baku masih menjadi primadona dalam berbahasa. Tentu saja hal ini disebabkan karena berbahasa Indonesia baku bagi mereka adalah sebuah keharusan ketika mereka berkomunikasi dengan orang lain secara resmi dan teratur. Penggunaan Bahasa Indonesia yang baku bagi kaum eksekutif dan intelek ini sangat mempengaruhi life style kaum tersebut. Bahasa baku yang mereka pergunakan dalam kehidupan profesional menyebabkan mereka menampilkan diri sebagai pribadi yang rapi, sopan dan formal. Dan bahkan kaum ini kadang – kadang menggunakan bahasa asing disela Bahasa Indonesia yang mereka gunakan. Hal ini terjadi kemungkinan karena frekuensi mereka berinteraksi dengan orang asing yang lebih banyak sehingga menyebabkan mereka mencampurkan bahasa asing dengan Bahasa Indonesia.
Berbeda dengan kaum eksekutif dan intelektual yang menggunakan Bahasa Indonesia resmi dan baku, sebagian masyarakat Indonesia yang menyebut dirinya “anak gaul” dapat dianggap sangat jauh dari penggunaan Bahasa Indonesia yang baku dan resmi. Anak anak gaul ini jauh lebih menyenangi menggunakan Bahasa Indonesia yang santai dan tidak selalu menurut pada EYD. Anak anak gaul ini juga memiliki beberapa istilah menurut mereka sendiri yang jarang diketahui oleh masyarakat selain “anak gaul”.
Anak gaul ini tidak mau terikat dengan berbagai ejaan yang menurut mereka kaku dan dangat mengikat. Anak anak gaul ini hanya ingin berekspresi dengan bebas dan lepas sehingga mereka memilih menggunakan Bahasa indonesia yang santai dan mudah digunakan sehingga memudahkan mereka menjadi “anak gaul”.
Belum lagi ditambah dengan adanya golongan yang menyebut diri mereka sebagai “golongan alay” yang merupakan singkatan dari “anak lebay”. Lebay sendiri diartikan sebagai “berlebihan” sehingga golongan alay ini sering disebut sebagai ‘golongan yang “berlebihan”. Disebut berlebihan karena berlebihan dalam berperilaku, berpenampilan, maupun dalam perkataan. Golongan alay ini biasanya menggunakan berbagai aksen – aksen yang berlebihan sehingga tampak terlihat berlebih – lebihan.
Golongan alay ini sangat ramai dibicarakan oleh masyarakat ramai saat ini. Golongan alay jugadikenal dengan ciri – cirinya yang menggunakan gabungan huruf dan angka saat mengungkapkan kata – kata dalam bentuk tulisan. Penggunaan tulisan yang mencampurkan huruf dan angka ini sangat sulit dipahami dan dimengerti oleh orang – orang pada umumnya. Namun, fenomena alay ini menjadi hal yang “ngetrend” saat ini. Jika ditilik dan dikaji dari sudut pandang ketatabahasaan, tentu saja kehadiran golongan alay ini mengancam eksistensi Bahasa Indonesia yang sesuai dengan EYD.
Bahasa Indonesia begitu banyak mengalami guncangan dan tempaan hingga banyak mengalami perubahan bentuk yang sedemikian rupa. Terkadang secara tidak sadar, masyarakat pun latah dan turut serta dalam menggunakan bahasa gaul, bahasa alay atau pun bahasa apapun yang mendegradasi Bahasa Indonesia. Pantas saja Indonesia masih perlu banyak berbenah diri. Bahasa Indonesia yang menjadi ciri kepribadian bangsa saja banyak terombang-ambing oleh perkembangan jaman. Namun, tidak hanya sekedar mengkritik saja, karena menyalakan lilin akan jauh lebih baik daripada mengutuk kegelapan. Indonesia butuh orang – orang yang idealis dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang sesuai EYD namun tetap dikemas secara fleksibel sehingga tidak kaku sehingga Indonesia tidak kehilangan jati dirinya.
Jurnal Tentang KOMNAS
Komnas HAM Ingatkan Tambang Batu Bara Sumsel
Palembang | Senin, 17 Sep 2012
Komisi Nasional Hak Azasi Manusia ( Komnas HAM) mengingatkan semua kegiatan usaha di bidang pertambangan batubara di Provinsi Sumatera Selatan untuk berhati-hati terhadap pengelolaan kegiatan ini agar tidak berbenturan dan konflik sosial dengan masyarakat dan lingkungan.
Kegiatan usaha bidang pertambangan batubara di daerah ini lama-lama akan menjadi bom waktu karena rentan terhadap pencemaran dan masalah perebutan lahan yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat.
Menurut Senior Investigator Komnas HAM, Husendro warning yang disampaikan untuk kegiatan bidang pertambanganan ini karena adanya sinyalemen akan adanya benturan yang sudah ditemukan pihak KOmnas HAM berdasarkan hasil investigasi di lapangan yang dilakukan sejak tahun 2010 lalu.
"Sejak tahun 2010 sudah diingatkan. Dulu itu Migas dan perkebunan yang banyak pengaduan di Sumsel, namun sekarang masalah pertambangan batubara. Bagaimana tanggung jawab perusahaan, baik masalah lingkungan dan lahan. Dari hasil investigasi kami kalau tidak ada penyelesaian masalah tumpang tindih lahan, dan tanggung jawab perusahaan dan kontribusi kepada masyarakat, ini akan menjadi bom waktu dan konflik sosial," kata Husendro di Palembang, Sabtu (15/9).
Menurut Husendro, dalam dua tahun terakhir, pengaduan akan masalah pertambangan batubara di daerah ini kian meningkat. Sebelumnya pengaduan, didominasi masalah perkebunan, namun dalam dua tahunan. Respon dari perusahaan, menurut dia, sebagian mendengar dan menjalankan rekomendasi yang disampaikan Komnas HAM namun dalam hal kebijakan misalnya untuk masalah lahan dan perizinan, perusahaan dimaksud terbentur dengan aturan yang dikeluarkan pemerintah. Sehingga tumpang tindih. Ini kalau tidak ada penyelesaiannya, sehingga tidak terjadinya konflik sosial. Sudah berubah trend kalau sebelumnya perkebunan.
Di Sumsel saat ini terdapat sekitar 261 Izin Usaha Pertambangan yang tersebar di beberapa kabupaten.Masing-masing 70 lokasi di Kabupaten Musi Banyuasin, 53 di Kabupaten Muara Enim, dan 50 di Lahat, 21 lokasi di Musi Rawas dan 20 lokasi di Banyuasin. Ogan Komering Ulu 18, OKU Timur dengan 9,Ogan Ilir 6, OKU Selatan 5, Prabumulih 5 dan Empat Lawan 2 lokasi. Daerah ini memang dikenal sebagai lumbung energi nasional karene memiliki berbagai sumber daya mineral seperti gas, minyak bumi, dan batu bara yang berlimpah.
Ida Syahrul
Palembang | Senin, 17 Sep 2012
Komisi Nasional Hak Azasi Manusia ( Komnas HAM) mengingatkan semua kegiatan usaha di bidang pertambangan batubara di Provinsi Sumatera Selatan untuk berhati-hati terhadap pengelolaan kegiatan ini agar tidak berbenturan dan konflik sosial dengan masyarakat dan lingkungan.
Kegiatan usaha bidang pertambangan batubara di daerah ini lama-lama akan menjadi bom waktu karena rentan terhadap pencemaran dan masalah perebutan lahan yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat.
Menurut Senior Investigator Komnas HAM, Husendro warning yang disampaikan untuk kegiatan bidang pertambanganan ini karena adanya sinyalemen akan adanya benturan yang sudah ditemukan pihak KOmnas HAM berdasarkan hasil investigasi di lapangan yang dilakukan sejak tahun 2010 lalu.
"Sejak tahun 2010 sudah diingatkan. Dulu itu Migas dan perkebunan yang banyak pengaduan di Sumsel, namun sekarang masalah pertambangan batubara. Bagaimana tanggung jawab perusahaan, baik masalah lingkungan dan lahan. Dari hasil investigasi kami kalau tidak ada penyelesaian masalah tumpang tindih lahan, dan tanggung jawab perusahaan dan kontribusi kepada masyarakat, ini akan menjadi bom waktu dan konflik sosial," kata Husendro di Palembang, Sabtu (15/9).
Menurut Husendro, dalam dua tahun terakhir, pengaduan akan masalah pertambangan batubara di daerah ini kian meningkat. Sebelumnya pengaduan, didominasi masalah perkebunan, namun dalam dua tahunan. Respon dari perusahaan, menurut dia, sebagian mendengar dan menjalankan rekomendasi yang disampaikan Komnas HAM namun dalam hal kebijakan misalnya untuk masalah lahan dan perizinan, perusahaan dimaksud terbentur dengan aturan yang dikeluarkan pemerintah. Sehingga tumpang tindih. Ini kalau tidak ada penyelesaiannya, sehingga tidak terjadinya konflik sosial. Sudah berubah trend kalau sebelumnya perkebunan.
Di Sumsel saat ini terdapat sekitar 261 Izin Usaha Pertambangan yang tersebar di beberapa kabupaten.Masing-masing 70 lokasi di Kabupaten Musi Banyuasin, 53 di Kabupaten Muara Enim, dan 50 di Lahat, 21 lokasi di Musi Rawas dan 20 lokasi di Banyuasin. Ogan Komering Ulu 18, OKU Timur dengan 9,Ogan Ilir 6, OKU Selatan 5, Prabumulih 5 dan Empat Lawan 2 lokasi. Daerah ini memang dikenal sebagai lumbung energi nasional karene memiliki berbagai sumber daya mineral seperti gas, minyak bumi, dan batu bara yang berlimpah.
Ida Syahrul
Langganan:
Postingan (Atom)